Pendahuluan
Belakangan
ini, belajar sepanjang hayat telah menjadi kecenderungan (trends) pilihan di berbagai negara, seperti Jepang, Thailand, India, beberapa
negara di Afrika, dan Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di Jepang
misalnya telah diterbitkan regulasi sebagai wujud komitmen bersama dalam bentuk
Undang-undang Belajar Sepanjang Hayat (the Law for the Promotion of Lifelong Learning). Bahkan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa
memiliki komisi khusus yang menangani proses belajar sepanjang hayat, termasuk
pengembangan indikator dan sistem penjaminan mutunya.
Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep ini
ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia
selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan
pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung
sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar
sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing
learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan
zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah
berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak
akan terasing dan generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun
secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di
lingkungannya1. Belajar erat
kaitannya dengan psikologi.
Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari masa bayi,
kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tuã. Makin besar anak itu
makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu dan akhimya
anak ito mencapai kedewasaan balk dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar. Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya, sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat dipahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang hayatnya. Melalui pembahasan ini dimaksudkan untuk lebih memahami hakekat belajar dan bagaimana memberikan motivasi bahwa belajar itu sebenarnya berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sejak dari buaian sampai hang lahat.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar. Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya, sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat dipahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang hayatnya. Melalui pembahasan ini dimaksudkan untuk lebih memahami hakekat belajar dan bagaimana memberikan motivasi bahwa belajar itu sebenarnya berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sejak dari buaian sampai hang lahat.
Belajar dan fase-fase perkembangan
Belajar
merupakan aktivitas anak (manusia) yang sangat vital. Dibandingkan dengan
mahkuk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan
sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia Sebahlknya tidak ada mahkuk
lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah
diciptakan manusia dewasa.3
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dan luar. Usia bukan hanya mahiuk biologis seperti halnya hewan, tetapi juga mahiuk social budaya. Karena itu manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini hanya dapat dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Disamping itu dapat dipahami bahwa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua sepanjang kehidupannya. Karena itu manusia selalu dan senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dan luar. Usia bukan hanya mahiuk biologis seperti halnya hewan, tetapi juga mahiuk social budaya. Karena itu manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini hanya dapat dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Disamping itu dapat dipahami bahwa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua sepanjang kehidupannya. Karena itu manusia selalu dan senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun.
Adapun belajar
itu sendiri dapat didefinisikan antara lain:
1.
Hilgard
mengatakan: Learning is the proses by which an activity originates as
changed through training procedures (whether in the laboratory or in the
natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah
suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam
Iingkungan alamiah).
2.
Morgan,
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
3.
James
P. Chaplin, learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari
sembarang perubahan yang relative permanent dalam tingkah laku sebagai hasil
praktek atualisai pengalaman.
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut, Sumadi Suryabrata menyimpulkan:
1.
Bahwa
belajar itu membawa perubahan (dalam anti behavioral changed, aktual maupun
potensial.
2.
Bahwa
perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3.
Bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dikatakan
belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri.
Pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu
seorang yang belajar ia tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena ia lebih
sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan
keadaan. Ia tidak hanya bertambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula
menerapkanya secara fungsional dalam situasi hidupnya.
Dalam hubungan
dengan usaha pendidikan, maka belajar adalah key term (istilah kunci) yang
paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar selalu mendapat tempat
yang luas dalam berbagai disiplin ilmu pendidikan dan psikologis belajar.
Sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, yaitu:
Sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, yaitu:
1.
Fase
perkembangan masa kanak-kanak
2.
Fase
perkembangan masa anak
3.
Fase
perkembangan masa remaja
4.
Fase
perkembangan masa dewasa awal
5.
Fase
perkembangan masa setengah baya
6.
Fase
perkembangan masa tua
Untuk memenuhi
tugas-tugas pada setiap fase tersebut, dicapai melalui belajar. Berangkat dari
fenomena ini muncullah konsep belajar untuk memberikan layanan-layanan dan
prioritas bagi mereka yang tidak lagi belajar pada pendidikan diri dan turut
berpartisipasi di dalam aktivitas kehidupan di lingkungan masyarakat.
Konsep Belajar Sepanjang Hayat
Menurut
Pramudia (2013:7), belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar
terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai
akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena
setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan
belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu
dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari
fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada
keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi
kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk:
1.
Menentukan
arah pendidikan.
2.
Menentukan
metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas
perkembangannya.
3.
Menyiapkan
materi pembelajaran yang tepat.
4.
Menyiapkan
pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Dalam
hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas
perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk
memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan
tersebut adalah:
a.
Tugas
perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab
sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta
menarik.
b.
Tugas
perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi warga
Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu,
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c.
Tugas
perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya kekuatan fisik,
kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda,
memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan
fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas
perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat
dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa
tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di
rumah dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang
ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan
para lanjut usia dan sebagainya.
Dengan demikian
tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya dimulai dan
masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa
belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang
kehidupan seseorang.
Dalam
perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh
Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”. Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”. Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim
(H.R.Abdi’I Barr)”.
Dengan
memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar
sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin.
Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di
sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan
Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan
berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar
belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan
belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang
kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul
Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education. 16
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul dan
berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa
pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan
berinteraksi dengan lingkungannya.17 Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru,
kesadaran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas
individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman
baru kapanpun dan dimanapun.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi.
Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon
positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran
untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan
masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar
sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
Kesimpulan
1.
Konsep
belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa
belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara
terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis
yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu
belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan
tersebut.
2.
Konsep
belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka yang
telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan
psikologi belajar
3.
Konsep
belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi serta relevansi terhadap kualitas
kehidupan individu warga belajarnya. Karena itu konsep belajar sepanjang hayat
bila dihubungkan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, maka
konsep ini merupakan wahana yang tepat untuk memacu usaha memajukan kehidupan
umat.
Daftar Pustaka
Casey, C. (2006). .A knowledge economy and a
learning society: A comparative analysis of NewZealand and Australian
experiences." The British Journal of Comparative Education, 36(3),
343-357.
Comission
Communication. (2001). Making a European
Area of Lifelong Learning a Reality.
Dulayakasem, U.
(2005). Past/fFuture of non-formal education management. Bangkok:
Monitoring and Evaluation Group. The Office of Non-formal Education
Administration
Longworth, Norman
and Davies, W. Keith. (1996). Lifelong
Learning: Learning. London: Kogan Page.
Pramudia, J.R. 2013. Belajar Sepanjang Hayat: Konsep, Kebijakan,
dan Aplikasi dalam Pendidikan Nonformal Menuju Masyarakat Berpengetahuan.
Bandung: Edukasia Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar